Pengkajian
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hierarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif.
Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat:
Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien
Mengkaji perilaku klien yang berpotensi kekerasan
Mengembangkan suatu perencanaan
Mengimplementasikan perencanaan
Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi
Dan bila klien dianggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat harus:
Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan tenaga kesehatan
Beritahu ketua tim
Bila perlu, minta bantuan keamanan
Kaji lingkungan dan buat perubahan yang perlu
Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat.
Perilaku yang berhubungan dengan agresi:
Agitasi motorik: bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul dengan tinju kuat, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk aktivitas motorik tiba-tiba (katatonia).
Verbal: mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta perhatian, bicara keras-keras, menunjukkan adanya delusi pikiran paranoid.
Afek: marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang, euphoria tidak sesuai atau berlebihan, afek labil.
Tingkat kesadaran: bingung, status mental berubah tiba-tiba, disorientasi, kerusakan memori, tidak mampu dialihkan.
Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memenej perilaku agresif. Intervensi dapat melalui Rentang Intervensi Keperawatan.
Strategi preventif: Kesadaran diri, Pendidikan klien, Latihan asertif.
Strategi antisipaatif: komunikasi, Perubahan lingkungan, Tindakan perilaku, Psikofarmakologi
Strategi pengurungan: Managemen kritis, Seclusion, Restrain
Kesadaran Diri
Perawat harus menyadari bahwa stres yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah, atau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus-menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien.
Pendidikan Klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan mengekspresikan perasaannya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan mengomunikasikannya semua ini kepada orang lain. Jadi dengan perawat berkomunikasi diharapkan agar klien mau mengekspresikan perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan klien adaptif atau maladaptif.
Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat:
Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.
Mengatakan ‘tidak’ untuk sesuatu yang tidak beralasan
Sanggup melakukan komplain
Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif:
Bersikap tenang
Bicara lembut
Bicara tidak dengan cara menghakimi
Bicara netral dan dengan cara yang konkrit
Tunjukkan respek pada klien
Hindari intensitas kontak mata langsung
Demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan
Fasilitasi pembicaraan klien
Dengarkan klien
Jangan terburu-buru menginterpretasikan
Jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati.
Perubahan Lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti: membaca, grup program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
Tindakan Perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.
Psikofarmakologi
Antianxiety dan Sedative-Hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk symptom depresi. Selanjutnya, pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari benzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone obat anxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala, demensia, dan developmental disability.
Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
Mood Stabilizers, penelitian menunjukkan bahwa pemberian Lithium efektif untuk agresif karena manik. Pada beberapa kasus, pemberiannya untuk menurunkan perilaku agresif yang disebabkan oleh gangguan lain seperti RM, cedera kepala, skizofrenia, gangguan kepribadian. Pada klien dengan epilepsi lobus temporal, bisa meningkatkan perilaku agresif.
Pemberian Carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif pada klien dengan kelainan EEGs (electroenchephalograms).
Antipsychotic, obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi, atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu, namun diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.
Medikasi lainnya, banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian Naltrexone (antagonis opiat), dapat menurunkan perilaku mencederai diri. Betablockers seperti Propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan pada anak dan pada klien dengan gangguan mental organik.
Managemen Krisis
Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik:
Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang bertanggung jawab selama 24 jam.
Bentuk tim krisis. Meliputi dokter, perawat, dan konselor.
Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja yang menjadi tugasnya selama penanganan klien.
Jauhkan klien lain dari lingkungan.
Lakukan pengekangan, jika memungkinkan.
Pikirkan suatu rencana penanganan krisis dan beritahu tim.
Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien.
Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan unhtuk kerja sama.
Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus segera mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi keselamatan klien dan timnya.
Berikan obat jika diinstruksikan.
Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien.
Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisis.
Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat.
Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dengan lingkungan.
Seclusion
Pengekangan Fisik
Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara mekanik (menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri).
Jenis pengekangan mekanik:
Camisoles (jaket pengekang)
Manset untuk pergelangan tangan
Manset untuk pergelangan kaki
Menggunakan sprei
Indikasi pengekangan:
Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain
Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan klien untuk istirahat, makan, dan minum
Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik.
Pengekangan dengan sprei basah atau dingin
Klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapisan sprei dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah direndam dalam air es. Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat dan menenangkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan obat.
Intervensi Keperawatan
Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit di atas tempat tidur yang tahan air
Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapi dan pastikan bahwa permukaan kulit tidak saling bersentuhan
Tutupi sprei basah dengan selapis selimut
Amati klien dengan konstan
Pantau suhu, nadi, dan pernafasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna, buka pengekangan
Berikan cairan sesering mungkin
Pertahankan suasana lingkungan yang tenang
Kontak verbal dengan suara yang menenangkan
Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam
Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian.
Restrain
Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau restrain manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan karena kebijakan institusi.
Isolasi
Adalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari penempatan dalam ruangan yang tertutup tapi tidak terkunci sampai pada penempatan dalam ruang terkunci dengan kasur tanpa sprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yang dibatasi, dan klien memakai pakaian RS atau kain terpal yang berat.
Indikasi penggunaan:
Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan klien atau orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi pengendalian yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.
Reduksi stimulus lingkuyngan, terutama jika diminta oleh klien.
Kontraindikasi
Kebutuhan untuk pengamatan masalah medik
Risiko tinggi untuk bunuh diri
Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
Hukuman
Evaluasi
Mengukur apakah tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat mengobservasi perilaku klien. Di bawah ini beberapa perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi yang positif:
Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien
Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada yang lain
Buatlah komentar yang kritikal
Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda
Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya
Mampu mentoleransi rasa marahnya
Konsep diri klien sudah meningkat
Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat.
(Sumber: Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama: Bandung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar